Para saintis terlalu mengandalkan publikasi klasik, mereka tidak tahu mengelola badai berita di media sosial selama wabah.

Pesan melalui inbox Twitter di atas ditampilkan dalam presentasi saat acara meetup online idBigData. Dikirim oleh dr. Eric Feigl-Ding, seorang saintis yang aktif di media sosial saat awal wabah COVID-19 terjadi, mengajak saintis lain untuk terjun langsung, memberikan informasi ke masyarakat, khususnya di media sosial.

Online Meetup idBigData #26

Kegiatan rutin idBigData ke-26 kali ini mengangkat tema “Peran Saintis Data dalam Perang Melawan COVID-19”. Pertemuan diadakan secara daring, materi dibawakan oleh Ismail Fahmi, PhD dari Drone Empirit. Selama pemaparan materi, kita diajak melihat pandemik COVID-19 dalam konteks data, menganalisa secara global, dilanjutkan dengan analisa lokal di Indonesia dan peran apa yang bisa kita lakukan.

Pertemuan idBigData ke-26 secara daring yang dibawakan oleh Ismail Fahmi dari Drone Empirit

Saintis Perlu Bersuara di Media Sosial

Sudah seharusnya saintis peduli dan aktif di media sosial. Dalam kasus virus corona saat pertama kali mewabah, saintis perlu terjun menyampaikan informasi ke masyarakat. Jika saintis diam saja dan hanya fokus pada paper dan publikasi, maka informasi yang beredar di masyarakat banyak yang tidak benar dan berita hoaks akan bermunculan di media sosial.

Dalam presentasi, Ismail Fahmi memperlihatkan obrolannya dengan dr. Eric Feigl-Ding melalui inbox Twitter. Dia adalah seorang epidemiologist yang aktif menyebarkan informasi tentang virus corona saat wabah sedang terjadi. Sebagai saintis yang ahli di bidangnya, dia juga mengajak para saintis lainnya untuk peduli dan aktif di media sosial, tidak terpaku hanya pada publikasi klasik.

Saintis mempunyai peran untuk mengingatkan pemerintah dan masyarakat tentang apa yang akan terjadi atau bisa terjadi. Tentunya sebagai saintis data, informasi yang diberikan berbasis data, analisis dan sains.

Saintis dan Ahli Kesehatan Hadir di antara Pemerintah dan Masyarakat

Ketika Presiden Jokowi mengumumkan kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2 Maret, perbincangan tentang COVID-19 di media sosial dan pemberitaan di media online terus meningkat. Perhatian publik yang besar ini lah memerlukan saintis dan ahli kesehatan hadir di antara pemerintah dan masyarakat menyampaikan berita dan informasi yang benar tentang COVID-19. Kenyataan yang terjadi di media sosial di mana narasi utama percakapan tentang COVID-19 dan pemerintah lebih banyak diwarnai oleh narasi non-saintis dan bukan ahli.

Saintis harus mampu menyampaikan kebenaran, terlepas dari informasi yang diberikan akan diterima atau tidak nantinya. Bersama para ahli hadir berada di tengah pemerintah dan masyarakat. Karena kunci sukses penanganan COVID-19 adalah kerjasama dan kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat.

Salah satu slide presentasi yang memperlihatkan emosi publik saat kasus pertama COVID-19 terjadi. Tertinggi adalah kepercayaan kepada pemerintah.

Bagaimana Saintis Data Bisa Membantu?

Kemampuan storytelling sangat dibutuhkan saintis data dalam menyebarkan informasi. Bukan hanya kemampuan analisa data, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk mengkomunikasikan dari data menjadi bahasa yang bisa dimengerti masyarakat.

Saintis data harus dapat menerjemahkan data menjadi pengetahuan mendalam yang mudah dipahami oleh publik maupun pemerintah.

Ketika para saintis dan para ahli diam saja, maka informasi dan berita yang beredar di masyarakat didominasi oleh informasi tidak benar dan hoaks.

Rekaman Meetup idBigData #26